medmeanderings.com – Dengar nama Chairul Tanjung, beberapa orang mengenalinya sebagai salah satunya figur penting dibalik kerajaan usaha CT Corp. Beragam anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, sampai CT Global Sumber juga ada di bawah perusahaan konglomerasi kepunyaannya itu.
Maka dari itu juga, tidaklah aneh bila figurnya sekarang dikenali khalayak luas sebagai salah satunya pebisnis sukses Indonesia. Bahkan juga menurut Forbes, ayah dari Putri Tanjung ini dijumpai mempunyai keseluruhan kekayaan capai US$ 4,2 miliar atau sama dengan Rp 59,5 triliun
Tetapi, dibalik keberhasilan yang sukses dicapainya sekarang ini, sedikit yang mengetahui jika perjalanan Chairul Tanjung raih itu semua tentu saja tidak gampang. Banyak halangan, rintangan, dan ketidakberhasilan yang sudah dilewati oleh bekas Menko Ekonomi ini.
Satu diantaranya yang bisa jadi ide ialah jerih payahnya dalam mengongkosi ongkos pendidikan dengan jalani beberapa usaha skala kecil di umur muda.
Awalnya karier Chairul Tanjung
Mengenyam kursi kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi, siapa kira bila nasib Chairul Tanjung malah berlainan 180 derajat dari jalur yang diputuskannya itu, dan justru usai sebagai pebisnis sukses nasional. Terutama bila menyaksikan background keluarganya yang jauh dari kata kaya raya atau mempunyai privilege khusus untuk capai itu semua.
Bahkan juga, tidak banyak yang mengetahui bila Chairul muda sempat rasakan berada didalam sebuah losmen kecil yang paling sempit karena jatuhnya kondisi ekonomi keluarga.
Tetapi, karena kepiawaian dan kegigihannya dalam meniti usaha skala kecil untuk bisa mengongkosi kuliah sendiri saat itu, keberhasilan Chairul dalam menjalankan bisnis juga jadi berlanjut sampai sekarang, dan dia sukses memutar roda ekonomi keluarga.
Walau memang, jadi pebisnis seperti saat ini sebetulnya bukan karena mimpi lama, tetapi karena kondisi dan harus terpaksa cari uang untuk kuliah.
Baca Juga : Kisah Sukses Sudono Salim Pendiri Salim Group
“Jadi saya jadi pebisnis bukan lantaran pendidikan, bukan lantaran turunan orang kaya . Maka pebisnis karena mau tak mau mengongkosi sekolah sendiri mencari uang untuk kuliah,” tuturnya saat mendatangi acara penyeluncuran bukunya di tahun 2012 lalu.
Lalu, seperti apakah cerita perjalanan usaha Chairul Tanjung di umur muda saat itu?
Liku-liku Kehidupan Sang Anak Singkong
Ketidakberhasilan dalam membentuk bisnis, tidak membuat putus asa.Dia coba buka usaha kontraktor meskipun dia masih tetap alami kemunduran, sampai membuat harus bekerja di perusahaan baja dan sempat berpindah ke perusahaan rotan.
Sesudah lulus kuliah, Chairul Tanjung bersama dengan 3 partnernya mengawali sebuah usaha pembikinan sepatu anak-anak export yang dinamakan PT Pariarti Shindutama.Modal awalannya sejumlah Rp 150 juta yang dipinjamkan dari Bank Exim bisa hasilkan 160 ribu pasang sepatu dari Italia.
Usaha bersama ini juga kenyataannya sukses maju cepat.Benar-benar sayang, kerja-sama mereka mendapatkan jalan buntet karena ketidaksamaan misi dalam soal pengembangan usaha.Ini juga membuat Chairul Tanjung memilih untuk pisahkan diri dari beberapa rekannya itu dan membangun usaha sendiri
Akhirnya, atas figurnya yang ingin berteman dengan siapa saja membuat perubahan upayanya makin lancar.
Rekanan dibuat dengan beragam perusahaan, baik yang telah terkenal bahkan juga yang tidak populer sekalinya.
Olehnya itu, dia arahkan usahanya ke konglomerasi (perusahaan yang punyai bermacam usaha dan memungkinkannya tidak ada hubungan di antara keduanya) dengan mereposisikan dianya ke tiga usaha pokok, yakni keuangan, property, dan multimedia.
Perusahaan konglomerasi ini memiliki Beberapa Pokok Holdindo sebagai father holding company, yang mengepalai beberapa sub-holding, yakni Beberapa Global Investindo (usaha keuangan), Beberapa Pokok Investindo (media dan investasi) dan Beberapa Pokok Propertindo (property).
Karena perubahan usahanya, dia juga lebih suka mengakuisisi perusahaan dibanding membentuk bisnis karena tidak ada waktu untuk membuat upayanya dari 0.
Sekarang ini, Chairul Tanjung mempunyai beberapa perusahaan di bagian keuangan, salah satunya Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Beberapa Multi Finance, Bank Mega, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Mega Finance.
Dia menggenggam perusahaan Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Sumber yang mencakup service keuangan, media, retail, pola hidup, selingan, dan sumber daya alam.
CT Corp mempunyai Bandung Supermall yang sekarang beralih menjadi Trans Studio Mall yang dikeluarkan sebagai Central Business District pada 1999 dengan luas 3 hektar dan habiskan dana Rp 99 miliar.