Kisah Hidup Ciputra – Siapa bilang semua pengusaha sukses berasal dari keluarga mampu dan kaya raya ? Tjin Hoan alias Ciputra adalah salah satu contoh pengusaha sukses yang berasal dari keluarga kurang mampu yang kini berhasil menjadi konglomerat.
Ciputra lahir pada tanggal 24 Agustus 1931 di Parigi , Sulawesi Tengah. Ciputra yang merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga melarat. Hal ini berawal ketika sang Ayah ditangkap oleh tentara Jepang karena dicurigai sebagai mata mata. Karena tidak memiliki kepala keluarga , perekonomian keluarga Ciputra pun semakin melarat hingga jatuh miskin.
Di usianya yang masih 12 tahun , Ciputra sudah harus banting tulang untuk membantu keluarganya. Ia terpaksa harus kotor kotoran di kebun untuk bisa mencukup kebutuhan makannya sehari hari. Di akhir pekan , ia memburu binatang liar seperti babi hutan untuk lauk makan keluarganya.
Semasa remaja , Ciputra dikenal sebagai atlet lari jarak menengah 800 meter dan 1.500 meter. Bahkan tidak ada seorangpun yang mampu menandinginya se-Sulawesi Utara. Hal ini yang akhirnya membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Manado meminta Sekolah Don Bosco ( Sekolah SMA Ciputra ) untuk mengizinkan Ciputra bergabung dengan kontingen Sulawesi Utara untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional II di Lapangan Ikada, Jakarta.
Mendengar hal tersebut , Ciputra merasa sangat senang dan gembira karena bisa menginjakkan kaki di Ibukota Jakarta. Dengan penuh kegembiraan dan semangat , Ciputra dan dan kontingen lainnya menaiki kapal laut dari Manado ke Jakarta.
Di kompetisi ini Ciputra melawan atlet hebat dari berbagai provinsi di Indonesia. Ciputra pun berhasil masuk kualifikasi dan menembus babak final di nomor lari 800 meter dan 1.500 meter , namun sayang disayangkan dirinya tidak berhasil menjuarai kompetisi tersebut seperti yang telah disampaikan oleh situs tar-situs-judi-slot-online-terpercaya/
prediksi bola malam ini .
Karena berhasil mencapai babak final , Ciputra pun akhirnya diundang oleh Presiden Soekarno ke Istana Merdeka. Pada saat itu ia merasa sangat kagum dengan kemewahan yang diperlihatkan di sana.
Singkat cerita , Ciputra pun mulai merintis usahanya sejak ia masih menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Usahanya tersebut dibangun bersama kedua sahabatnya yaitu Budi Brasali dan Ismail Sofyan. Hanya bermodal ilmu arsitektur yang mereka dapat di kampus, mereka akhrinya berhasil mendirikan CV Daya Tjipta.
Awalnya mereka berkeliling rumah ke rumah untuk menawarkan jasa mereka. Proses ini memakan waktu daftar slot online bahkan hingga menikah , ia masih berkeliling menawarkan produknya tersebut. Hingga disuatu hari , ia berpikir mau sampai kapan dirinya bergantung pada orderan yang datang.
Hal ini yang akhirnya membuat Ciputra memutuskan untuk pindah ke Jakarta bersama keluarganya di tahun 1960-an. Bermodalkan keberanian , Ciputra nekat bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Soemarno Sosroatmodjo dengan harapan bisa mendapatkan proyek besar.
Dibantu oleh Mayor Charles , assisten Gubernur Soemarno , Ciputra akhirnya berhasil meyakinkan Soemarno untuk membangun kota Jakarta. Ciputra merasa daerah Senen sebagai tempat situs idn poker terpercaya yang harus dibenahi kala itu.
Namun yang menjadi permasalahan adalah pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk hal tersebut. Ciputra akhirnya memutar otak dan menghubungi kedua temannya terdahulu, Budi dan Ismail untuk sama-sama membenahi Senen.
Beberapa hari kemudian, Gubernur Soemarno dan tim Ciputra diterima Presiden Soekarno untuk mempresentasikan konsep peremajaan kawasan Senen.
Presiden Soekarno pun akhirnya menyetujui rencananya , namun lagi lagi uang menjadi kendalanya. Hal ini yang akhirnya membuat Presiden Soekarno mengumpulkan pengusaha besar kala itu, seperti Hasjim Ning, dan Agus Musin Dasaad, juga sejumlah petinggi bank, seperti Jusuf Muda Dalam, bos Bank Negara Indonesia, dan Jan Daniel Massie, Direktur Utama Bank Dagang Negara.
Alhasil , terbentuklah PT Pembangunan Ibukota Jakarta Raya (Pembangunan Jaya) pada 3 September 1961. Di masa pembangunannya , ada banyak sekali masalah yang dihadapi Ciputra saat itu yang salah satunya adalah para pedagang yang menolak untuk dipindahkan dan melawan sengit setiap upaya menggusur mereka. Namun pada akhirnya Ciputra berhasil membangun tiga blok yaitu Blok I, Blok II, dan Blok IV.
Keberhasilannya tersebut bisa dibilang sebagai pijakan pertama Ciputra sebagai seorang konglomerat sukses di Indonesia. Namun sangat disayangkan , pada tanggal 27 November 2019 lalu Ciputra telah meninggalkan kita akibat penyakit yang dideritanya.